“Imarah Islam menginginian perdamaian tetapi langkah pertama adalah menghilangkan hambatan bagi perdamaian dan mengakhiri pendudukan Afghanistan,” kata Baradar Taliban.
Bagaimana jika pembicaraan damai gagal?
Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis awal tahun ini mengatakan bahwa 2018 melihat jumlah warga sipil terbunuh dalam perang Afghanistan paling banyak dibanding tahun lainnya.
Kematian warga sipil melonjak 11 persen dari 2017 menjadi 3.804 orang tewas, termasuk 927 anak-anak, dan 7.189 orang lainnya terluka, menurut angka PBB, ketika serangan bunuh diri dan pemboman mendatangkan malapetaka di seluruh Afghanistan.
Dalam laporan lain yang dirilis oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan pada bulan Mei, pasukan Afghanistan dan internasional, termasuk NATO, membunuh lebih banyak warga sipil dalam tiga bulan pertama tahun ini daripada Taliban atau pejuang dari kelompok bersenjata lainnya.
Setidaknya 305 warga sipil tewas oleh pasukan pro-pemerintah antara Januari dan Maret, 52,5 persen dari semua kematian dalam periode itu.
Dengan lonjakan kekerasan, ada keputusasaan yang tumbuh untuk perdamaian di antara orang-orang Afghanistan biasa. “Jika pembicaraan gagal, pertempuran akan semakin intensif dan rakyat Afghanistan akan lebih menderita,” kata Azami.
“Taliban akan berusaha meningkatkan kontrol teritorial mereka dan memberikan tekanan maksimum pada pemerintah Afghanistan dengan berusaha untuk merebut kota-kota, termasuk ibukota provinsi dan mengambil kendali atas jalan raya utama,” katanya.
Azami mengatakan rakyat Afghanistan dan seluruh dunia harus berurusan dengan “kekosongan keamanan yang memungkinian di mana kelompok-kelompok seperti al-Qaeda dan ISIL menemukan tanah subur”.
“Peningkatan produksi obat-obatan dan meluapnya pengungsi akan menimbulkan tantangan serius tidak hanya ke Afghanistan tetapi ke seluruh wilayah dan seluruh dunia,” katanya.
Tampilkan Semua