Meski dinyatakan ormas terlarang dan telah bubar, namun hantu eks HTI masih gentayangan. Mereka seperti bunglon dan akan berganti-ganti nama, namun tujuannya sama yaitu Khilafah.
Masih teringat dengan HTI yang nyata mengatakan Pancasila adalah Thoghut, begitupun menghormati bendera merah putih. Tak aneh jika HTI selalu bawa bendera Hitam Putih yang konon kata HTI adalah Bendera Rasulullah Muhammad Saw daripada bendera merah putih.
Seorang Ulama Arab Saudi Syaikh Bin Baz juga melarang penggunaan kalimat yang ada nama-nama Allah pada Baju:
هكذا الثياب التي يكون فيها أسماء الله أو آيات لا يجوز لبسها؛ لأنها وسيلة إلى أن تمتهن أو يصيبها النجاسة من حيض أو غيره، أو تلقى فيطأ عليها الناس أو يجلس عليها الناس؛ فلهذا حرم لبسها وحرم جعلها وسائد أو بسط؛ لأن هذا يفضي إلى امتهانها بالقعود عليها والوطء عليها ونحو ذلك
“Begitu baju yang di dalamnya terdapat nama-nama Allah atau ayat Alquran tidak boleh memakainya. Karena hal tersebut menjadi wasilah atau penyebab kalimat tersebut diremehkan atau akan terkena najis seperti darah haid atau lainnya. Atau diletakkan (di suatu tempat) sehingga diinjak manusia atau diduduki oleh mereka. Karena itu, haram memakai baju tersebut dan haram menjadikannya sebagai bantal atau alas. Hal tersebut akan menyebabkan nama-nama Allah atau ayat Alquran tersebut diremehkan dengan diduduki, diinjak dan lain sebagainya.”
Begitulah pernyataan Syaikh Bin Baz yang dimuliakan oleh golongan Manhaj Salafi.
Sedangkan Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang dimiliki Nahdlatul Ulama meski jumlahnya lebih banyak dari simpatisan HTI namun tidak koar-koar.
Salah besar apabila simpatisan HTI menyatakan tak ada nyali kepada Banser, sebab banser NU hanya patuh dengan komando Kiai. Kalian sentil kalian buat nada provokasi dengan judul lelucon akan dibiarkan. Tapi jika sudah kelewatan, jangankan kamu, wong oknum wartawan abal-abal yang seharusnya netral malah nyentil banser digruduk banser pun menggigil.