Disinilah kegeraman para jurnalis, bukan kesesama jurnalis atau kontributor melainkan pada pegiat medsos.
Para pegiat medsos tak tau isi dalam artikel, mereka hanya mengkopinya saja dan masa bodo dengan isi, yang terpenting ada issue yang menarik.
Pegiat Medsos Bunglon
Istilah pegiat media sosial satu ini begitu unik, dimana secara pribasi pemiliknya adalah oposisi.
Oposisi ini tentunya dalam hal perpolitikan, secara pribadi ia tak suka kubu tertentu, Bahkan sangat berlebihan.
Namun untuk meningkatkan rating, maka harus ngebunglon terlebih dahulu.
Pernah ada suatu berita proyek jalan, dimana ada 2 media berbeda yang mempublish artikel berbeda.
Yaitu antara senangnya masyarakat dan ketidak sukaan, pasalnya di media 1 mengatakan masyarakat senang, namun yang satu lagi tertulis masyarakat tak senang. Pasalnya centian pada proyek jalan itu dikurangi.
Pegiat media sosial ini justru copas berita apa yang hari itu ada, dan copas dari media yang menyatakan masyarakat senang.
Padahal oposisi biasanya tak menyukai hal-hal yang dirasa kurang baik. Disinilah terlihat bahwa pegiat media sosial minim membaca, masa bodo dengan isi artikel. Tak ingin tahu dan tak mau tahu tentang jurnalistik.
Pegiat media sosial jenis ini amat kentara kebunglonannya, seperti halnya jika ada sebuah banom ormas sedang trending, ia enggan mensharenya. Padahal lagi hangat, walau itu informasi yang bersifat baik atau buruk.
Oposisi, hal yang berbau klenik biasanya pengikut golongan tertentu tak menyukai hal itu.
Namun sekali lagi, yang seperti ini harus mbunglon terlebih dahulu guna menarik perhatian follower.
Tak menyukai keberagaman ya harus mbunglon dahulu, seperti dikatakan di atas untuk menjaring atu memikat pengikut.