Artikel tersebut jika diketahui oleh para jurnalis media, maka akan dibuatkan tulisan sesuai gayanya dalam mengolah dan merangkai kata.
Maka jika ada berita yang sama, namun kata-katanya bisa berbeda, hal itu adalah karakteristik seorang jurnalis. Karena masing-masing jurnalis punya gaya tersendiri dalam membuat tulisan.
Sudah begitu artikel tersebut di copas maka sudah pasti selain tidak kreatif, si pengcopas terkesan malas.
Budaya Copy Paste memang akan membuat seseorang terbiasa dan menjadi kebiasaan Copas.
Adapun teknik parafrase merupakan teknik yang kerap digunakan oleh media-media lain guna menghindari plagiarisme.
Diakui atau tidak, parafrase sendiri sebetulnya merupakan buah pemikiran orang lain yang diolah agar tidak plagiat dan terdeteksi plagiat.
Namun parafrase yang benar meski sudah diolah tetap saja sumber harus disebutkan. Akan tetapi banyak yang tidak demikian, bukan hanya sekedar blog Bahkan seperti media ternama juga demikian.
Dari kesimpulan parafrase di atas, ada banyak yang mengatakan! setidaknya parafrase lebih baik dari plagiat sepenuhnya.
Terkait Copy Paste utuh, bukannya tidak boleh, namun tetap harus mencantumkan sumbernya.
Sumber di sini bukannya malah akan menurunkan reputasi website, justru akan dianggap baik. Kita contohkan content aggregator, mereka saja tetap mencantumkan sumber dan malah membuat web mereka semakin besar dan semakin bagus.
Namun copy paste secara berlebihan tidak mencantumkan sumber akan berdampak buruk. Buruk bagi yang dicopas dan juga buruk yang mengcopas.
Buruk bagi yang dicopas yakni bisa hilangnya suatu laman atau artikel seseorang di search engine seperti google.
Buruk bagi yang mengcopas yakni mesin seperti google akan menganggap website si pengcopas sebagai spam. Selain itu bisa terblockirnya domain si pengcopas di media sosial seperti facebook, tidak bisa membagikan link Bahkan terblock yang justru akan membuat rugi.
Tampilkan Semua