Paska bulan Konsolidasi Nasoonal yang paling mendesak dilakukan adalah memperkuat kepengurusan di berbagai tingkatan untuk segera menyambut Pemilu 2024.
Melihat perolehan suara PPP yang dalam hitungan terakhir yang merosot tajam menjadi bahan evaluasi agar dalam Muswil, Muscab, Musancab segera berbenah diri kembali merebut simpati umat dengan agenda-agenda keumatan dalam bingkai membangun Indonesia. Ini adalah kesempatan emas, di mana PPP pada kabinet Nawacita II mendapat amanah untuk menyusun Perencanaan Pembangunan Nasional, lewat Bapennas di bawah Dr. Suharso Monoarfa.Butuh kerja keras, kreatifitas, kerja cerdas dan ikhlas untuk membesarkan PPP saat ini.
Agar PPP tumbuh besar, PPP ke depan harus siap mengakselerasi diri menjadi partai bisa diterima di semua kalangan; santri, pekerja, pemuda, buruh, petani. nelayan, perempuan dan terutama sekali kalangan milenial.
Mau tidak mau, ketua umum PPP dan seluruh jajaran PPP harus bisa merebut simpati kalangan milenial agar masuk ke dalam PPP.
PPP selayaknya terlecut untuk menggaet anak muda. Menurut Tapscott (2009), ada tiga pembagian generasi, yakni generasi X (1965-1976), generasi Y (1977-1997), dan generasi Z (1998-sekarang).
Artinya, generasi milenial berumur antara 17-37 tahun. Generasi ini sangat berbeda dari generasi sebelumnya, terutama dalam penguasaan teknologi.
Mereka lebih akrab dengan dunia maya, khususnya penggunaan media sosial. Generasi milenial memiliki cirri khas tersendiri, ia terlahir ketika era di mana sudah ada televisi berwarna, telepon seluler dan internet. Sehingga generasi ini mahir dalam memanfaatkan teknologi modern.
Diperkirakan pada 2024, ada sebanyak 81 juta di antaranya masuk kategori generasi milenial. Dalam penguasaan media sosial, generasi milenial lebih mendominasi ketimbang generasi X.
Karena lahir di era teknologi, generasi ini kurang peduli dengan keadaan sekitar termasuk politik.
Tampilkan Semua