CILACAP.INFO – Jasad seorang Mursyd atau Syekh Tarekat atau Thoriqoh Naqsabandiyah di Desa Pademara, Kecamatan Sukamulia, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengempis kain kafannya dan diduga hilang saat dimasukkan ke liang lahat menjadi heboh dan viral.
Beliau adalah TGH (Tuan Guru Haji) Lalu Al Bayani Akbar, seorang Syekh Tarekat yang enggan jika kegiatan tarekatnya dipublikasikan.
Fenomena serupa yang mirip-mirip dengan yang terjadi pada Syekh Tarekat di NTB ternyata juga pernah terjadi di Cilacap Jawa Tengah (Jateng), yakni yang terjadi pada Syekh Mahfudz bin Abdurrahman.
Syekh Mahfudz adalah Mursyd Tarekat Syadziliyah yang berasal dari Kebumen, tepatnya dari Sumberadi Somalangu.
Beliau meninggal di Gunung Selok, Adipala, namun saat makam beliau dibongkar, jasad utuh namun bukan wajah beliau melainkan orang lain.
Kisah tentang beliau juga pernah di publish di laman story.cilacap.info, adapun kisahnya seperti berikut.
CILACAP.INFO – Pertanyaan ini sering menjadi buah bibir dikalangan mantan anggota AOI, para santri dan Kyai serta pula beberapa tokoh masyarakat lainnya. Munculnya pertanyaan itu tak terlepas dari banyaknya kelebihan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada beliau dan sempat disaksikan oleh banyak kalangan.
“Syaikh Mahfudz itu dzahib ilal ghabah” Kata KH Mufidz, Pengasuh Pondok Pesantren Pandanaran, Yogyakarta.
KH ‘Ali Ma’shum, Krapyak pernah berkata, “Tidak ada seorang pun yang tau keberadaan Syaikh Mahfudz yang sebenarnya terkecuali hanya sedikit orang saja”.
“Syaikh Mahfudz iku isih sugeng (Syaikh Mahfudz itu masih hidup). Koe golekono, insyaallah ketemu (Kamu carilah beliau, insyaallah dapat ketemu)” Begitu kata Al-‘Arif Billah Simbah KH Ahmad Abdul Haq, Watucongol, Muntilan pada ayah penulis suatu saat.
Menurut beberapa saksi, secara lahiriah as-Syaikh as-Sayyid Mahfudz al-Jailani al-Hasani telah mengalami syahid di Gunung Selok, Cilacap. Tepatnya pada hari Selasa, 14 Dzulhijjah 1369 H atau 26 September 1950 sekitar pukul setengah empat sore WIB. Adapun sebab musabab yang mengantarkan pada kesyahidannya yaitu beliau terkena pecahan mortir di bagian punggung yang mengakibatkan adanya garis luka vertical sepanjang + 15 cm walau luka tersebut tidak sampai mengeluarkan darah (hanya ‘mbalur’, jw).
Tampilkan Semua