CILACAP.INFO – Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI), jika di negara lain peringatan ini disebut independence day.
Bahkan Google Doodle juga setiap tahunnya turut serta ikut memeriahkan momentum HUT RI.
Perlu diketahui, untuk memeriahkan hari lahirnya bangsa Indonesia, warga di seluruh penjuru Indonesia dari Sabang sampai Merauke memasang bendera Merah Putih di depan rumahnya.
Oleh sebab itu, seminggu sebelum tanggal 17 Agustus kita akan mudah menjumpai tiang dan bendera Merah Putih yang terpasang di tepi jalan atau depan rumah penduduk.
Sebelum adanya pandemi Covid-19, masyarakat di Indonesia di seluruh penjuru memeriahkan HUT RI dengan mengadakan perlombaan untuk anak-anak, bahkan ada juga untuk orang dewasa.
Dimana perlombaan ini tidak hanya ada dikota melainkan juga hingga ke perkampungan.
Sebelum itu, para pemuda di suatu perkampungan atau dusun membentuk panitia untuk mengadakan petlombaan.
Adapun perlombaan itu di antaranya ada Balap Karung, Tampok Air dan Makan Kerupuk dengan mata yang tertutup kain.
Untuk orang dewasa biasanya ada lomba seperti Sepak Bola, Volly, dan Panjat Pinang.
Namun di tahun ini dan sebelumnya, kegiatan perlombaan semacam itu tidak ada sebab agar menghindari kerumanan demi menerapkan protokol kesahatan.
Sejak awal kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, RI pada tahun 2021 ini sudah memasuki usianya yang ke-76.
76 tahun telah dilewati, adapun generasi terkini kawula muda hanya dapat mendengarkan atau membaca kisah perjuangan, cerita dan sejarah kemerdekaan Indonesia, baik di sekolah maupun dari para orang tua yang masih hidup dan menyaksikan kemerdekaan di indonesia kala itu.
Oleh sebab itu marilah kita mengetahui sejarah bangsa ini melalui kisah bagaimana perjuangan para pahlawan kala itu dan menyatakan kemerdekaan dengan membacakan Teks Proklamasi, mengibarkan bendera merah putih hingga tercipta lagu 17 Agustus 1945 dan lagu Indonesia Raya.
Teks Proklamasi dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Mohammad Hatta di sebuah rumah hibah dari Faradj Martak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.
Namun sebelum hari Jum’at, 17 Agustus 1945, yakni Kamis, 16 Agustus 1945 terjadi selisih pendapat antara golongan muda dan golongan tua.
Soekarno saat itu dibawa ke Rengasdengklok, saat itu golongan muda meminta agar Soekarno tidak terpengaruh dengan Jepang dan memintanya untuk membacakan teks proklamasi di Jakarta.
Akhirnya Soebarjo pun setuju dengan pendapat golongan muda, peristiwa inilah yang dinamakan dengan Peristiwa Rengasdengklok.
Sedangkan teks proklamasi itu disusun oleh Soekarno, Hatta, dan Soebarjo, namun konsep dari teks proklamasi itu ditulis oleh Soekarno sendiri.
Pada hari Jum’at dini hari pukul dua hingga empat, penyusunan teks itu masih belum selesai dan masih terjadi perundingan di antara golongan muda dan golongan tua.
Setelah konsep rampung, Soekarni memberikan usulan agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Teks tersebut dibuat dengan menggunakan mesin ketik dan yang mengetiknya adalah Sayuti.