DEMAK, CILACAP.INFO – Selasa, 09 Mei 2023, Terletak tepat di utara Masjid Agung Demak menghadap Alun-Alun Kota Demak yang masih satu area dengan makam Raden Fattah, banyak para peziarah dari dalam maupun luar kota yang sengaja mampir untuk melihat koleksi dari Museum Masjid Agung Demak ini, ada juga yang memang sengaja berkunjung ke Museum untuk keperluan penelitian atau hanya sekedar liburan.
Koleksi Museum Masjid Agung Demak yang terkenal di antaranya adalah Sokoguru (peninggalan para Wali yang dulu menjadi tiang utama penyangga masjid. Sokoguru itu ada empat, yang terdiri dari sokoguru Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Ampel).
Namun Museum ini juga menyimpan peninggalan bersejarah penting yang tidak kalah unik dengan sokoguru yaitu Mushaf Al Qur’an Kuno.
Terdapat 14 buah Manuskrip Mushaf Kuno di Museum ini yang mana 11 buah berupa manuskrip yang memiliki iluminasi yang indah dan 3 lainya mushaf cetakan india.
Mushaf-mushaf ini berada di dalam lemari kaca dengan kondisi lemari tertutup dan terkunci yang bertujuan agar terhindar dari sentuhan para pengunjung musium yang dapat merusak kondisi mushaf tersebut yang rata-rata sudah tua dan lapuk.
Contoh salah satu gambar koleksi museum:
Mushaf yang menawan ini berukuran 32 x 19,5 cm, menggunakan kertas Eropa dengan countermark WW&H Pannekoek. Adapun tinta yang digunakan yaitu warna hitam dan merah.
Tinta hitam digunakan untuk menulis ayat-ayatnya, sementara tinta merah untuk kepala surah, permulaan juz, tanda tajwid, catatan pias, dan lingkaran akhir ayat.
Bagian awal mushaf ini telah hilang, sehingga iluminasi dapat dilihat di bagian tengah (Surat Al Kahfi) dan di akhir mushaf.
Motif yang digunakan berbentuk floral (tumbuh-tumbuhan) yang didominasi warna kecokelatan. Dengan frame persegi dan segitiga, mushaf ini terlihat lebih rapi.
Ada kolofon menarik di akhir Mushaf yang berbunyi, “Ingkang gadhah Qur’an … Wijaya ingkang ngabdi Kanjeng Pengiran”. Kolofon ini berarti (Yang memiliki Al-Qur’an … Wijaya yang mengabdi kepada Kanjeng Pengiran).
Sebagai tambahan di dalam setiap mushaf kuno baik yang berada di museum demak ini atau yang lainya terdapa 3 unsur penting yang selalu melekat di dalamnya, adapun unsur tersebeut meliputi :
1. Rasm
Dilihat dari aspek kaidah penulisannya, naskah-naskah Al-Qur’an terbagi menjadi dua kelompok, ada yang ditulis dengan rasm Imla’i, dan ada yang ditulis dengan rasm usmani.
Selain itu, ada yang ditulis dengan sistem pojok (artinya, teks ayat selalu habis pada setiap halaman) dan ada yang tidak, dengan jumlah baris yang beragam dalam setiap halaman.
2. Kaligrafi
Secara umum, kaligrafi mushaf yang ada sangat sederhana, dan penulisnya belum dapat dikategorikan sebagai penulis Arab yang baik (khattat). Namun semua naskah tulisannya cukup konsisten, dilihat dari besar tulisan, kerapatan, maupun gayanya.
Gaya kaligrafi yang digunakan untuk Nas Al-Qur’an adalah Naskhi, adapun kepala-kepala surah dan tulisan juz menggunakan Sulus, Naskhi, dan kaligrafi floral, suatu gaya tradisional khas yang dikembangkan secara lokal.
3. Iluminasi
Iluminasi mushaf pada umumnya terdiri atas tiga bagian:
(1) iluminasi pada bagian awal, tengah, dan akhir Al-Qur’an, yang biasanya disebut Ummul Qur’an, Nisful Qur’an, dan Khatmul Qur’an;
(2) iluminasi pada kepala-kepala surah; dan
(3) iluminasi pada pias (pinggir halaman) berupa iluminasi untuk tanda-tanda Juz, Nisf, Hizb, Nisfu Hizb dan lain-lain, yang terdapat di bagian kosong di sisi luar sebelah kanan dan kiri teks mushaf.
Iluminasi pada awal, tengah, dan akhir Al-Qur’an yang dipandang penting itu sering dalam bentuk kombinasi sepasang halaman yang membentuk sebuah komposisi tunggal dengan desain simetris. Ragam hias yang digunakan adalah floral (tumbuh-tumbuhan).
Penulis : Khanifudin Ayatulloh, Khoirun Nur Wahiddien, Amalia Ni’matul Husna (Mahasiswa IAIN Kudus prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir)