Sokoguru itu ada empat, yang terdiri dari sokoguru Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Ampel.
Namun, dari sekian banyaknya peninggalan benda pusaka, terdapat juga peninggalan yang penting namun sering luput dari pengawasan muslim Jawa. Peninggalan ini berupa Mushaf Al-Qur’an kuno.
Al-Qur’an yang terdapat di Museum Masjid Agung Demak ini berjumlah 14 buah, 11 berupa manuskrip dan 3 sisanya mushaf cetakan India.
Gambar di atas merupakan Mushaf kuno yang ke-10 memiliki ukuran 32 x 20cm dan berbahan kertas Eropa. Tinta yang digunakan mushaf ini terdiri dari warna hitam dan merah.
Seperti mushaf sebelumnya, tinta hitam digunakan pada penulisan ayat, sedangkan merah untuk untuk kepala surah, permulaan juz, tanda tajwid, catatan pias, dan lingkaran akhir ayat.
Iluminasi yang digunakan mushaf ini, lebih padat dari mushaf yang pertama namun, tetap memiliki frame persegi. Warna dalam iluminasi yang digunakan adalah merah, cokelat, biru, hijau, dan kuning, dengan motif kawung, srimpedan (geometris), dan sulur.
Sayangnya mushaf ini sudah tidak lengkap, bagian akhir mushaf telah hilang dan hanya sampai surah al-Gasyiyah. Menariknya, setiap awal surat menyertaka jumlah ayat, kalimat, huruf dan waktu turunnya yang diletakkan di baris kedua setelah kepala surah.
Peneliti Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an yaitu (Ali Akbar) pernah mencatat spesifikasi mushaf-mushaf yang ada di museum tersebut (Mushaf Kuno Nusantara Jawa, 2019). Ia menyebut bahwa mushaf-mushaf ini merupakan wakaf dari masyarakat.
Sementara dilihat dari fisiknya, mushaf-mushaf yang berbentuk manuskrip itu ternyata memiliki iluminasi yang menawan. Salah satunya adalah Al-Qur’an yang ditulis Raden Maulana Makdum Ibrahim atau yang akrab dipanggil Sunan Bonang dengan tangannya sendiri.
Tampilkan Semua