CILACAP.INFO – Fenomena Cuaca dingin sangat terasa di Cilacap bagian Barat yang mungkin juga hampir menyeluruh di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah sepekan ini.
Terkait perihal Fenomena Cuaca Dingin ini, Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendy Krisnawan menyampaikan bahwa Cuaca Dingin yang saat ini tengah terjadi merupakan faktor alamiah.
“Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan saat musim kemarau (Juni – Agustus). Saat ini di wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau.” Ucap Rendy Krisnawan saat dihubungi Cilacap.info, Minggu (23/07/2023).
Ia juga menjelaskan pada Periode ini juga ditandai dengan pergerakan angin dari arah Timur dan juga dari arah Tenggara, berasal dari Benua Australia yang mempunyai Pusat Tekanan Udara Tinggi, menuju ke arah Benua Asia yang mempunyai Pusat Tekanan Udara Rendah.
“Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Benua Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia. Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.” Jelas Rendy Krisnawan.
Kemudian selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.
“Langit yang cenderung bersih awannya (sky clear) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. Sehingga membuat udara di dekat permukaan bumi terasa lebih dingin terutama pada saat malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari.” Imbuhnya.
Terkait Fenomena Cuaca dingin ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.
“Saat ini memang rata-rata suhu udara minimum dan maksimum di wilayah Indonesia bagian selatan ekuator seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara umumnya lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya yang berada di utara dan/atau di sekitar ekuator.” Kata Rendy.
Sementara itu, berdasarkan pengamatan di Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap (BMKG Cilacap Kota) suhu udara minimum pada bulan Juli ini tercatat 23 derajat celcius, kemudian di Pos Pengamatan Cuaca Bandar Udara Tunggul Wulung suhu udara minimum pada bulan Juli ini tercatat 21 derajat celcius.
“Untuk itu kami menghimbau kepada masyarakat agar tetap menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh karena perbedaan suhu udara yang drastis antara siang dan malam hari.” Tegasnya.
Selain itu juga perlu adanya kewaspadaan masyarakat terhadap potensi peningkatan kecepatan angin di wilayah Jawa Tengah, terutama bagian selatan akibat adanya perbedaan tekanan udara yang signifikan antara di Benua Australia dan Benua Asia (pusat tekanan udara tinggi di benua Australia dan pusat tekanan udara rendah di Samudera Pasifik bagian barat).
Seiring dengan hal tersebut, perlu diwaspadai juga adanya potensi peningkatan tinggi gelombang laut di wilayah Perairan dan Samudera Hindia Selatan Jawa.
“Bagi masyarakat pesisir serta para pengguna transportasi laut diharapkan lebih mewaspadai adanya potensi gelombang tinggi. Seperti para nelayan misalnya, jika cuaca kurang baik, hendaknya dihindari atau tidak berlayar mencari ikan lebih dulu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” Tegas Rendy Krisnawan.