Apa Itu Stablecoin: Pengertian, Jenis, dan Fungsinya

ilustrasi Tether coins
ilustrasi Tether coins (dok. unsplash)

JAKARTA, CILACAP.INFO – Jika membicarakan soal mata uang kripto, topik yang lebih sering dibahas umumnya berkisar pada beberapa koin ternama seperti Bitcoin atau Ethereum, yang banyak dikenal luas sebagai aset investasi dengan nilai fantastis.

Padahal, ada juga mata uang kripto yang walau nilainya mungkin tidak terlalu tinggi dibandingkan koin-koin tersebut, memiliki peran unik di dunia kripto baik untuk kebutuhan transaksi maupun investasi.

Salah satu contohnya adalah stablecoin. Mata uang kripto jenis ini biasa digunakan sebagai metode transaksi karena nilainya tidak terlalu naik-turun drastis dibandingkan dengan mata uang kripto tipe lainnya. Belum paham betul apa itu stablecoin? Berikut penjelasannya.

Apa Itu Stablecoin?

Stablecoin adalah sekelompok mata uang kripto yang nilainya ditentukan oleh aset lain, terutama aset fisik seperti uang fiat atau logam mulia. Meskipun begitu, ada juga stablecoin yang menggunakan aset mata uang kripto lain sebagai penentu nilai.

Istilah stablecoin sebenarnya cukup menjelaskan kelebihan mata uang kripto satu ini dibandingkan mata uang kripto lainnya; stablecoin mampu menawarkan nilai mata uang yang lebih stabil dibandingkan mata uang kripto lain. Karena kelebihan ini, stablecoin sering dijadikan sarana transaksi pilihan di dunia kripto, terutama stablecoin yang menggunakan uang fiat sebagai acuan utama. Hal ini salah satunya disebabkan oleh perubahan harganya tidak terlalu drastis dibandingkan dengan mata uang kripto lainnya.

Di sisi lain, stablecoin juga menawarkan fleksibilitas ekstra dibandingkan mata uang fiat, karena meskipun lebih stabil dibandingkan mata yang kripto lainnya, stablecoin tetap beroperasi di atas blockchain. Penggunaan teknologi tersebut memberikan manfaat lebih untuk stablecoin yang membuatnya lebih unggul daripada uang fiat, seperti waktu penyelesaian transaksi yang lebih cepat dan biaya transaksi yang cenderung lebih murah, terutama untuk transaksi internasional.

Fungsi-fungsi Stablecoin

Secara umum, fungsi utama stablecoin bisa dibagi menjadi dua macam, yakni:

  1. Sebagai metode transaksi:  Stablecoin sering digunakan sebagai alat pembayaran atau transaksi dalam ekosistem kripto karena nilainya relatif stabil. Kestabilan yang ditawarkan memungkinkan pengguna untuk melakukan pembelian barang dan jasa dengan lebih mudah tanpa risiko fluktuasi harga yang besar yang biasanya terdapat pada mata uang kripto seperti Bitcoin atau Ethereum. Intinya, penggunaan stablecoin sebagai alat transaksi memungkinkan pelaku bisnis dan konsumen untuk memperoleh manfaat dari teknologi blockchain tanpa harus khawatir tentang fluktuasi nilai yang signifikan.
  2. Sebagai penyimpan nilai: Kebanyakan mata uang kripto mengalami fluktuasi harga yang signifikan dalam jangka waktu singkat, berbeda dengan stablecoin yang biasanya dirancang untuk mempertahankan nilai relatif mereka terhadap mata uang fiat atau komoditas yang mendasarinya. Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi para pengguna yang mencari cara untuk menyimpan nilai mereka dalam bentuk digital tanpa harus khawatir tentang volatilitas yang tinggi. Penyimpanan nilai menggunakan stablecoin juga memungkinkan akses yang lebih mudah ke ekosistem kripto daripada penggunaan mata uang fiat konvensional.

Apa Saja Jenis-jenis Stablecoin?

Sebagaimana yang sebelumnya dijelaskan, stablecoin adalah mata uang kripto yang nilainya ditentukan oleh aset lain. Maka dari itu, stablecoin biasanya dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan tipe aset yang digunakan sebagai acuan. Adapun jenis-jenis tersebut adalah:

Stablecoin Berbasis Uang Fiat

Stablecoin jenis ini menggunakan uang fiat sebagai aset penentu nilai mata uang kripto tersebut. Uang fiat yang paling populer digunakan sebagai acuan tak lain adalah Dolar Amerika Serikat (USD). Beberapa stablecoin terkenal yang menggunakan USD sebagai acuan adalah Tether (USDT) dan USDC. PayPal, platform pembayaran online ternama juga memiliki stablecoin sendiri yang dikenal dengan nama PayPal USD.

Ketika stablecoin menggunakan Dolar Amerika Serikat sebagai acuan, satu koin dari mata uang kripto tersebut akan memiliki nilai setara dengan 1 USD. Walau USD memang pilihan uang fiat terpopuler, ada juga stablecoin yang menggunakan mata uang fiat lainnya, seperti Euro (contoh: STASIS EURO dan Anchored Coins AEUR) dan Rupiah Indonesia (contoh: BIDR dan IDRT).

Stablecoin Berbasis Komoditas

Serupa dengan mata uang fiat, beberapa jenis stablecoin juga menggunakan aset komoditas sebagai acuan utama untuk menentukan nilai mata uangnya. Komoditas yang paling banyak digunakan adalah emas dan perak. Walaupun begitu, dibandingkan jumlah stablecoin berbasis uang fiat, tidak banyak stablecoin berbasis komoditas yang beredar di pasar. Dua di antaranya yang cukup populer adalah PAX Gold (PAXG) dan Silver Token (SLVT).

Tak dapat dipungkiri bahwa salah satu alasan dibalik ketidakpopuleran stablecoin komoditas terletak pada sifat dari aset bentuk komoditas sendiri, yang tak kalah fluktuatif nilainya dengan aset kripto. Mengingat kelebihan utama stablecoin terletak pada stabilitasnya dibandingkan mata uang kripto lainnya, dapat dipahami mengapa uang fiat yang cenderung lebih stabil seperti USD cenderung menjadi aset acuan yang lebih populer.

Stablecoin Berbasis Mata Uang Kripto

Stablecoin jenis ini adalah yang paling kompleks dan digunakan dalam konteks yang lebih terbatas dibandingkan dengan dua jenis stablecoin sebelumnya. Intinya, stablecoin ini nilainya didukung oleh aset kripto sebagai jaminan. Berbeda dengan stablecoin yang nilainya diikat pada mata uang fiat atau komoditas fisik, stablecoin berbasis mata uang kripto menggunakan aset kripto, seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), atau aset kripto lainnya sebagai jaminan untuk menopang nilainya.

Tentunya, keberadaan stablecoin jenis ini membawa kontroversi tersendiri. Resikonya lebih tinggi dibandingkan stablecoin berbasis uang fiat ataupun komoditas karena nilainya akan lebih dipengaruhi oleh kondisi pasar kripto secara menyeluruh. Maka dari itu, penggunaannya biasanya terbatas sebagai alat transaksi untuk jaringan tertentu, seperti contohnya MakerDAO dengan kemampuannya untuk menjalankan proses peer-to-peer lending menggunakan stablecoin miliknya, DAI.

Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait