Seperti yang kita ketahui saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang sudah berkembang melesat. Hal ini dikarenakan selain adanya Gadget/Gawai, juga dikembangkan teknologi baru yang memudahkan segala sesuatu di berbagai bidang pekerjaan, yakni Artificial Intelligence (AI).
AI ini tidak hanya digunakan di ruang lingkup pendidikan, tidak sedikit pula beberapa jenis pekerjaan yang sebelumnya kebanyakan manual di backing oleh AI, seperti Editor, Analisis Data, Penerjemah Bahasa, dan lain sebagainya.
Gen Alpha, generasi yang lahir pada tahun 2010-2025. Generasi ini memiliki orang tua dari generasi Y dan Z. Mereka lahir di saat yang bersamaan dengan pesatnya laju perkembangan teknologi dimana teknologi informasi dapat dikatakan sudah sempurna. Berbeda dengan generasi Y dan Z dimana teknologi informasi masih dalam masa transisi.
Istilah Gen Alpha dikemukakan pertama kali oleh peneliti bernama Mark Mc Crindle, beliau menjelaskan bahwa Gen Alpha merupakan generasi yang paling akrab dengan teknologi. Gen Alpha juga dianggap akan menjadi generasi yan memiliki karakteristik sangat berbeda dibandingkan dengan generasi pendahulunya. Karakteristik Gen Alpha ini menjadi sebuah fenomena baru yang akan terjadi di masa yang akan datang.
(Dewi et al., 2022)
Meski dikatakan generasi yang akrab dengan teknologi, bukan berarti peran guru malah menghilang. Jika pembelajaran hanya sekedar mengharapkan informasi dari gadget/gawai, tentu akan ditelan secara mentah tanpa mengetahui kebenaran info tersebut. Bahkan sekelas orang dewasa pun sampai saat ini masih ada yang kurang mampu menyaring informasi yang diterima. Maka dari itu, perlu adanya bimbingan seorang guru untuk menuntun siswa untuk bijak menggunakan teknologi, baik dalam pembelajaran, mencari informasi, menyenangkan suasana saat belajar, dsb.
Sebagaimana peserta didik, pengembangan guru juga perlu dilakukan apalagi seorang guru sebagai pendidik profesional bertugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Seorang Guru professional di era milenial atau Generasi Alpha, tidak cukup hanya mengusai kompetensi guru yang empat, yakni kompetensi pedagogik kepribadian professional dan sosial. Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat mengharuskan seorang guru menjadi bagian dari kemajuan teknologi tersebut.
Dalam sikap profesionalisme, guru juga harus mengembangkan Soft Skills Critical Thinking (Berpikir Kritis) yang merupakan salah satu keterampilan yang sangat diperlukan oleh Gen Z dan Alpha agar mereka dapat menikmati kemajuan revolusi Industri dengan baik dan terhindar dari hoax dan informasi palsu yang dapat memengaruhi dalam pengambilan keputusan sehari-hari baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. (Setyo Widodo & Sita Rofiqoh, 2020)
Hal ini bertujuan untuk menguraikan model strategi efektif untuk membangun kemampuan berpikir kritis bagi generasi Alpha. Dimana generasi ini memiliki ciri khas tersendiri dalam memproses informasi dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya, sehingga memerlukan pendekatan yang sesuai dengan budaya mereka, dalam pengajaran berpikir kritis. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa terdapat banyak strategi dan model yang dapat digunakan untuk membangun keterampilan berfikir kritis pada Generasi Alpha yaitu :
1. Bantuan simulasi teknologi
Seperti menciptakan situasi nyata di kelas, yang memungkinkan guru mengajarkan konsep-konsep kompleks dengan cara yang interaktif dan menarik
2. Pemecahan masalah
Mengajak siswa untuk menyelesaikan masalah melalui penelitian dan kolaborasi. Hal ini juga dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah
3. Problem based learning (PBL)
Sama halnya dengan nomor 2, hanya saja PBL ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, membagi siswa menjadi beberapa kelompok, mengumpulkan data dan informasi, analisis pemecahan masalah, dan dipresentasikan yang dinilai secara otentik oleh guru yang bersangkutan
4. Pembelajaran berbasis Proyek dan kolaboratif
5. Mind map
6. Dialog mendalam dan pertanyaan terbuka, dan
7. Diskusi. (Nugroho & Ismail, 2024)
Dari pemaparan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa meskipun teknologi terus berkembang hingga saat ini, peran guru tetap dibutuhkan dan tidak dapat digantikan. Karena secanggih apapun segala bentuk perkembangan di dunia pendidikan, guru sebagai fasilitator sekaligus pembimbing untuk membina dan menuntun siswa dalam belajar pasti akan bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Penulis : Nauval Adhya Angri (Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga)