Kota Salatiga, Jawa Tengah merupakan salah satu kota kecil dengan pesona alam pegunungan yang sejuk. Terletak di ketinggian 450–800 meter di atas permukaan laut, kota ini diapit oleh Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Jabalkat, menjadikannya destinasi wisata alam dan edukasi. Dengan luas wilayah sekitar 57,36 km², Salatiga berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang di utara dan Kabupaten Boyolali di selatan.
Melansir https://pafisalatigakota.org, Kota ini dikenal sebagai salah satu kota paling toleran di Indonesia, meraih penghargaan Kota Toleransi dari Setara Institute pada 2020. Budaya lokalnya kaya akan seni tradisional, seperti kesenian Jathilan dan festival tahunan Salatiga International Performing Arts (SIPA). Dari sisi ekonomi, Salatiga mengandalkan sektor perdagangan, jasa, pendidikan, serta industri kecil seperti kerajinan batik dan olahan pangan.
Kondisi Kesehatan Masyarakat dan Tantangan
Meski termasuk kota kecil dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) relatif tinggi (74,3 pada 2022), Salatiga masih menghadapi sejumlah tantangan kesehatan. Prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas terus meningkat, dipicu oleh gaya hidup urban yang kurang aktif dan pola makan tidak seimbang.
Kesadaran kesehatan masyarakat masih perlu ditingkatkan. Survei Dinkes (2023) menunjukkan, 40% warga kurang memahami pentingnya skrining kesehatan rutin, sementara 30% masih bergantung pada pengobatan tradisional untuk penyakit berat. Selain itu, tingginya polusi udara dari aktivitas transportasi dan industri kecil turut memicu gangguan pernapasan, terutama pada anak-anak dan lansia.
Latar Belakang PAFI dan Peran Sentral di Dunia Farmasi
Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) berdiri pada tahun 1946 dengan tujuan untuk mewadahi dan memperjuangkan kepentingan para ahli farmasi di Indonesia. Sebagai organisasi profesi, PAFI tidak hanya fokus bertugas mengawasi standar profesionalitas para anggotanya, tetapi turut aktif dalam berbagai upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan, khususnya di farmasi.
Profesi ahli farmasi telah diatur oleh undang-undang dan memiliki peran yang jelas dalam rantai pelayanan kesehatan. Mereka terlibat dalam proses pengelolaan obat mulai dari penyimpanan, penyediaan, hingga pendistribusian. Dengan peran ini, PAFI menjadi salah satu tulang punggung dalam sistem kesehatan nasional.
Strategi PAFI Salatiga Kota
Memastikan Ketersediaan Obat yang Terjangkau dan Berkualitas
PAFI Kota Salatiga berkomitmen untuk menjamin akses masyarakat terhadap obat esensial yang aman, terjangkau, dan berkualitas. Salah satu strategi utama adalah dengan memperkuat jaringan distribusi obat ke seluruh wilayah, termasuk daerah terpencil seperti Desa Tegalrejo dan Kelurahan Kecandran. PAFI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat serta apotek-apotek lokal untuk memastikan stok obat tetap tersedia, terutama obat generik berlogo (OGB) yang harganya terjangkau.
Memberikan Pelayanan Informasi Obat yang Komprehensif
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di Kota Salatiga tidak hanya bertugas sebagai penyedia obat, tetapi juga sebagai edukator kesehatan yang kritis. Setiap interaksi dengan pasien dimanfaatkan untuk memberikan informasi komprehensif tentang penggunaan obat, mulai dari dosis, efek samping, hingga interaksi dengan makanan atau obat lain.
Inisiatif Menjangkau Kelompok Rentan dan Berakses Terbatas
PAFI Kota Salatiga menyadari bahwa kelompok rentan seperti lansia, penyandang disabilitas, dan masyarakat berpenghasilan rendah seringkali kesulitan mengakses layanan kesehatan. Untuk itu, beberapa inisiatif inovatif telah diluncurkan:
- Layanan Home Care Kefarmasian: TTK melakukan kunjungan rumah ke pasien kronis atau lansia yang tidak mampu datang ke fasilitas kesehatan. Mereka membawa obat-obatan esensial, alat pemeriksaan tekanan darah, serta memberikan edukasi perawatan mandiri.
- Kemitraan dengan LSM Lokal: PAFI berkolaborasi dengan organisasi seperti Yayasan Peduli Lansia Salatiga untuk mendistribusikan obat gratis dan suplemen gizi kepada keluarga prasejahtera.
- Pos Farmasi Darurat: Di musim penghujan, ketika penyakit seperti ISPA dan diare meningkat, PAFI mendirikan posko obat darurat di wilayah rawan banjir seperti Kelurahan Kutowinangun.
Dampak dan Tantangan
Tantangan seperti keterbatasan anggaran, minimnya tenaga farmasi di daerah terpencil, dan resistensi masyarakat terhadap obat generik masih menjadi penghambat. Ke depan, PAFI berencana memperkuat kemitraan dengan sektor swasta dan mengembangkan sistem insentif untuk menarik lebih banyak TTK bekerja di wilayah marginal. Dengan strategi terintegrasi ini, PAFI Kota Salatiga tidak hanya menjadi penyedia layanan kefarmasian, tetapi juga mitra aktif dalam mewujudkan pemerataan kesehatan yang inklusif.
Nilai-nilai Organisasi PAFI
- Profesionalisme: menjaga standar tinggi dalam pelayanan kefarmasian
- Integritas: mengutamakan kejujuran, etika, dan tanggung jawab dalam menjalankan profesi.
- Kerja sama: membangun hubungan yang solid dengan sesama anggota, organisasi profesi lain, serta pihak terkait.
- Inovasi: terus beradaptasi dan berinovasi sesuai dengan perkembangan dunia kesehatan dan teknologi.
- Pengabdian: mendedikasikan ilmu dan keahlian untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Struktur Organisasi
PAFI memiliki struktur organisasi yang terdiri dari:
- Pengurus pusat: ini merupakan tingkat nasional yang mengkoordinasikan semua kegiatan PAFI di seluruh Indonesia. Pengurus PAFI pusat bertanggung jawab dalam menentukan arah kebijakan, perencanaan, dan pengembangan organisasi.
- Pengurus daerah: pengurus tingkat daerah memiliki tugas serta melaksanakan program dari pengurus PAFI Pusat dan mengkoordinasikan kegiatan di tingkat provinsi.
- Pengurus cabang: pengurus cabang berada di tingkat kabupaten atau kota yang memiliki tanggung jawab untuk menggerakkan program kerja serta memberikan dukungan bagi para anggota di daerah terebut.